JAKARTA - The Islamic banking, should dare to go into the real sector so that its presence in Indonesia's economy became apparent.
"We recommend to reorient the goals of Islamic banking, which have dared to go into the real sector. In order for Islamic banking sector is considered important," said Head of fiscal policy (BKF) Permadi Bambang Soemantri Brodjonegoro after a keynote speaker at the International Seminar and Conference 2011 on Economics in Building Studies and the Center for Teacher Certification, State University of Jakarta (UNJ), on Tuesday. (source)
"We recommend to reorient the goals of Islamic banking, which have dared to go into the real sector. In order for Islamic banking sector is considered important," said Head of fiscal policy (BKF) Permadi Bambang Soemantri Brodjonegoro after a keynote speaker at the International Seminar and Conference 2011 on Economics in Building Studies and the Center for Teacher Certification, State University of Jakarta (UNJ), on Tuesday. (source)
According to Bambang, Islamic banking has been more in the consumption sector, not in the real sector.
"So not only in the consumption sectors such as home loans, car loans for example, but get into the real sector. And if Islamic banking has entered the real sector, it was great. As long as this already exists, but is limited and not yet a trend," said Bambang .
Furthermore, Bambang said there were two strategic plan needs to be done next. The first is to multiply the Islamic financial institutions.
"One of the strategic plan forward that should be the focus of the first, multiplying Islamic financial institutions which means multiply the investment in Islamic banking and non-Islamic banking," he explained.
Bambang explained so far is limited to Islamic banking institutions. There are institutions that sharia has been good progress but there are also institutions that have Islamic banking is only as a complement to innovative and so tend not to run what's already there.
The second, Bambang, is product innovation. According to the investment lot if the products offered by Islamic banking exciting and varied. (tk / ant)
Perbankan Syariah Harus Berani Masuk Sektor Riil
JAKARTA - Perbankan syariah harus berani masuk ke sektor riil supaya eksistensinya di perekonomian Indonesia menjadi jelas.
"Kami merekomendasikan untuk adanya reorientasi tujuan perbankan syariah, yakni harus berani masuk ke sektor riil. Supaya sektor perbankan syariah dianggap penting," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro usai menjadi keynote speaker dalam International Seminar and Conference 2011 on Economics di Gedung Pusat Studi dan Sertifikasi Guru Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa.
Menurut Bambang, perbankan syariah selama ini lebih banyak di sektor konsumsi, bukan di sektor riil.
"Jadi tidak hanya di sektor konsumsi seperti pinjaman rumah, pinjaman mobil misalnya, tapi masuk ke sektor riil. Dan kalau perbankan syariah sudah masuk sektor riil, itu sudah bagus sekali. Selama ini sudah ada, tapi terbatas dan belum jadi tren," ujar Bambang.
Selanjutnya Bambang mengatakan terdapat dua rencana strategis ke depan yang perlu dilakukan. Yang pertama adalah memperbanyak institusi keuangan syariah.
"Salah satu strategic plan ke depan yang harus jadi fokus adalah pertama, memperbanyak institusi keuangan syariah yang berarti memperbanyak investasi di bidang perbankan syariah maupun non perbankan syariah," jelasnya.
Bambang menjelaskan selama ini perbankan syariah sangat terbatas pada institusi. Ada institusi yang perkembangan syariahnya sudah baik tetapi ada juga institusi yang punya perbankan syariah hanya sebagai pelengkap sehingga cenderung tidak inovatif dan menjalankan apa yang sudah ada.
Yang kedua, lanjut Bambang, adalah inovasi produk. Menurutnya investasi itu banyak jika produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah menarik dan variatif. (tk/ant)
"Kami merekomendasikan untuk adanya reorientasi tujuan perbankan syariah, yakni harus berani masuk ke sektor riil. Supaya sektor perbankan syariah dianggap penting," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro usai menjadi keynote speaker dalam International Seminar and Conference 2011 on Economics di Gedung Pusat Studi dan Sertifikasi Guru Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa.
Menurut Bambang, perbankan syariah selama ini lebih banyak di sektor konsumsi, bukan di sektor riil.
"Jadi tidak hanya di sektor konsumsi seperti pinjaman rumah, pinjaman mobil misalnya, tapi masuk ke sektor riil. Dan kalau perbankan syariah sudah masuk sektor riil, itu sudah bagus sekali. Selama ini sudah ada, tapi terbatas dan belum jadi tren," ujar Bambang.
Selanjutnya Bambang mengatakan terdapat dua rencana strategis ke depan yang perlu dilakukan. Yang pertama adalah memperbanyak institusi keuangan syariah.
"Salah satu strategic plan ke depan yang harus jadi fokus adalah pertama, memperbanyak institusi keuangan syariah yang berarti memperbanyak investasi di bidang perbankan syariah maupun non perbankan syariah," jelasnya.
Bambang menjelaskan selama ini perbankan syariah sangat terbatas pada institusi. Ada institusi yang perkembangan syariahnya sudah baik tetapi ada juga institusi yang punya perbankan syariah hanya sebagai pelengkap sehingga cenderung tidak inovatif dan menjalankan apa yang sudah ada.
Yang kedua, lanjut Bambang, adalah inovasi produk. Menurutnya investasi itu banyak jika produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah menarik dan variatif. (tk/ant)
No comments:
Post a Comment