"Islamic finance such as Islamic banking is no longer the compliment (complementary) but has an alternative financing, said the Governor of Bank Indonesia Nasution said in Jakarta on Monday (18 / 7)." So there should be synergy of cooperation or collaboration between Islamic banking in Malaysia and Indonesia to improve quality and expand the Islamic market, "he added. (source)
Nasution spoke at the opening of a summit of Islamic Finance between the Bank and Bank Negara Malaysia which was attended by vice president, Governor of Bank Negara Malaysia, Zeti Akhtar Aziz, and Raja Muda Perak, Raja Naznin Shah, who was ambassador to Malaysia's Islamic finance.
Darmin explained in this conference will discuss technical issues such as differences in perspective sharia sharia in Indonesia and Malaysia as well as issues of accounting standards and others.
According to him, the Islamic financial system of Indonesia have much to learn from Malaysia which has grown rapidly. In the Sukuk market, scooped 72 per cent share of Malaysia's sukuk market in the world.
"Islamic finance industry in Malaysia has developed rapidly, while Indonesia is very potential market given that the largest Muslim population. So all the structure of Islamic finance issues will we elaboration of all," he said.
While Zeti explained that the cooperation of Malaysia and Indonesia build the Islamic finance industry is very important considering the contribution of Islamic finance is a deepening of the global economy.
"The Islamic financial system is increasingly important in the global economy. So it's important for us to take this opportunity, not only Malaysia and Indonesia but also other Asian countries," he said.
According to Islamic finance has a strategic opportunity to develop economic growth, so it needs cooperation with each country to develop it.
"Islamic finance will strengthen the welfare and prosperity are desirable," he said.
Indonesia-Malaysia Kerjasama Kembangkan Keuangan Islam
Senin, 18 Juli 2011 16:09 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia bersepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam pengembangan keuangan Islam. Kerjasama itu meliputi pula perbankan syariah yang belakangan terus tumbuh pesat.
"Keuangan Islam seperti perbankan syariah bukan lagi compliment (pelengkap) tetapi sudah merupakan alternatif pembiayaan, kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta, Senin (18/7). "Sehingga perlu ada kerja sama sinergi atau kolaborasi antara perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan memperluas pasar syariah," imbuhnya.
Darmin berbicara dalam pembukaan konferensi tingkat tinggi Keuangan Islam antara BI dan Bank Negara Malaysia yang dihadiri Wapres Boediono, Gubernur Bank Negara Malaysia, Zeti Akhtar Aziz, dan Raja Muda Perak, Raja Naznin Shah, yang merupakan duta besar keuangan Islam Malaysia.
Darmin menjelaskan dalam konferensi ini akan dibicarakan persoalan teknis syariah seperti perbedaan cara pandang prinsip syariah di Indonesia dan Malaysia serta persoalan standar akuntansi dan lain-lain.
Menurutnya, sistem keuangan Islam Indonesia harus banyak belajar dari Malaysia yang telah tumbuh pesat. Dalam pasar Sukuk, Malaysia meraup 72 persen pangsa pasar sukuk di dunia.
"Industri keuangan Islam di Malaysia sudah maju pesat, sementara Indonesia adalah pasar yang sangat potensial mengingat penduduk muslim yang terbesar. Jadi semua struktur persoalan keuangan Islam akan kita elaborasi semua," katanya.
Sementara Zeti menjelaskan bahwa kerja sama Malaysia dan Indonesia membangun industri keuangan syariah ini sangat penting mengingat kontribusi keuangan Islam yang semakin besar dalam perekonomian global.
"Sistem keuangan Islam semakin penting dalam perekonomian global. Jadi penting bagi kita untuk mengambil kesempatan ini, bukan saja Malaysia dan Indonesia tetapi juga negara-negara Asia lainnya," katanya.
Menurutnya keuangan Islam memiliki peluang yang strategis untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu kerja sama dengan masing-masing negara untuk mengembangkannya.
"Keuangan Islam akan mengukuhkan kesejahteraan dan kemakmuran yang diingini," katanya.
"Keuangan Islam seperti perbankan syariah bukan lagi compliment (pelengkap) tetapi sudah merupakan alternatif pembiayaan, kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta, Senin (18/7). "Sehingga perlu ada kerja sama sinergi atau kolaborasi antara perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan memperluas pasar syariah," imbuhnya.
Darmin berbicara dalam pembukaan konferensi tingkat tinggi Keuangan Islam antara BI dan Bank Negara Malaysia yang dihadiri Wapres Boediono, Gubernur Bank Negara Malaysia, Zeti Akhtar Aziz, dan Raja Muda Perak, Raja Naznin Shah, yang merupakan duta besar keuangan Islam Malaysia.
Darmin menjelaskan dalam konferensi ini akan dibicarakan persoalan teknis syariah seperti perbedaan cara pandang prinsip syariah di Indonesia dan Malaysia serta persoalan standar akuntansi dan lain-lain.
Menurutnya, sistem keuangan Islam Indonesia harus banyak belajar dari Malaysia yang telah tumbuh pesat. Dalam pasar Sukuk, Malaysia meraup 72 persen pangsa pasar sukuk di dunia.
"Industri keuangan Islam di Malaysia sudah maju pesat, sementara Indonesia adalah pasar yang sangat potensial mengingat penduduk muslim yang terbesar. Jadi semua struktur persoalan keuangan Islam akan kita elaborasi semua," katanya.
Sementara Zeti menjelaskan bahwa kerja sama Malaysia dan Indonesia membangun industri keuangan syariah ini sangat penting mengingat kontribusi keuangan Islam yang semakin besar dalam perekonomian global.
"Sistem keuangan Islam semakin penting dalam perekonomian global. Jadi penting bagi kita untuk mengambil kesempatan ini, bukan saja Malaysia dan Indonesia tetapi juga negara-negara Asia lainnya," katanya.
Menurutnya keuangan Islam memiliki peluang yang strategis untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu kerja sama dengan masing-masing negara untuk mengembangkannya.
"Keuangan Islam akan mengukuhkan kesejahteraan dan kemakmuran yang diingini," katanya.
No comments:
Post a Comment