An increase in assets of Rp 75.205 trillion in June 2010, to Rp 109.750 billion in June 2011. Asset growth is seen with increasing third-party funds (TPF), which affects the increase in financing. (source)
In terms of deposits, Islamic banks managed to increase fundraising by 49 percent, from Rp 58.078 trillion to Rp 87.025 trillion. For deposits in rupiah, BI shariah bank note collecting Rp 83.494 trillion, with the composition of deposits murabaha (profit sharing) Rp 49.906 trillion, savings amounting to Rp 25.175 trillion mudaraba and giro wadiah (deposit) amounting to Rp 8.413 trillion.
For foreign currency, BI shariah bank notes are able to raise foreign currency amounting to Rp 3.531 trillion. Just as in dollars, deposits dominate murabaha Rp 2.217 trillion, while demand deposits and savings mudaraba wadiah respectively, Rp 1.045 trillion and Rp 267 billion.
Meanwhile, in terms of financing, Islamic banks had disbursed Rp 82.616 trillion, an increase of 46 percent, compared to the same period the previous year to Rp 55.801 trillion. In rupiah, Islamic bank financing recorded Rp 78.727 trillion, while foreign currency, foreign Islamic banks recorded Rp 3.889 trillion.
Ratio of financing problems (non-performing financing or NPF) has decreased compared to the previous month, from 3.76 percent in May 2011 to 3.55 percent. Nominally BI, NPF record of Rp 2.937 trillion.
In line with the BUS and UUS, based on the same data, the increase in assets is also seen in bank financing Islamic people (SRB). There has been growth of 30 percent or Rp 3.082 trillion, from the same position in the previous year to Rp 2.374 trillion.
In terms of deposits, noting SRB funding of Rp 1.786 trillion. Savings mudaraba dominate Rp 404 billion, while savings of Rp 326 trillion wadiah.
In terms of financing, channeling SRB funding of Rp 2.432 trillion. In contrast to the BUS and UUS, SRB recorded an increase of NPF to 7.09 percent from 6.90 percent last May.
According to the Director of the Directorate of Islamic Banking BI, Mulya Siregar, when found some time ago, an increase in assets due to the performance of six-BUS which appeared in 2010. "They have started contributing to growth," he said. Although not for the BUS, some also have a significant impact UUS. Among BTN Syariah, Bank Permata Syariah, and CIMB Niaga Syariah.
BI predicts growth target of three Indonesian Islamic banks, such optimistic growth in which the assets of Islamic banks can break the Rp 150 trillion. In addition, BI also predicts modest growth with a target of Rp 141 trillion in assets and pessimistic about the target asset to reach Rp 131 trillion.
Aset Bank Syariah Naik 45 Persen
Kamis, 18 Agustus 2011 13:26 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aset bank syariah Tanah Air, bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS), kembali menunjukan pertumbuhan signifikan. Kali ini, berdasarkan data statistik Bank Indonesia (BI), di semester pertama 2011 ini, di mana bank syariah berhasil meningkatkan aset sebesar 45 persen jika dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya.
Terjadi peningkatan aset dari Rp 75,205 triliun pada Juni 2010 lalu, menjadi Rp 109,750 triliun di Juni 2011. Pertumbuhan aset ini terlihat seiring meningkatnya dana pihak ketiga (DPK), yang berdampak pada peningkatan pembiayaan.
Dari segi DPK, bank syariah berhasil meningkatkan penggalangan dana hingga 49 persen, dari Rp 58,078 triliun menjadi Rp 87,025 triliun. Untuk DPK dalam mata uang rupiah, BI mencatat bank syariah mengumpulkan Rp 83,494 triliun, dengan komposisi deposito murabahah (bagi hasil) sebesar Rp 49,906 triliun, tabungan mudharabah sebesar Rp 25,175 triliun dan giro wadiah (titipan) sebesar Rp 8,413 triliun.
Untuk mata uang asing, BI mencatat bank syariah mampu menggalang valas sebesar Rp 3,531 triliun. Sama halnya seperti dalam rupiah, deposito murabahah mendominasi sebesar Rp 2,217 triliun sedangkan giro wadiah dan tabungan mudharabah masing-masing, Rp 1,045 triliun dan Rp 267 miliar.
Sementara itu, dari segi pembiayaan, bank syariah berhasil menyalurkan dana sebesar Rp 82,616 triliun atau meningkat 46 persen, di banding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 55,801 triliun. Dalam mata uang rupiah, bank syariah mencatat pembiayaan sebesar Rp 78,727 triliun sedangkan dalam mata uang asing, bank syariah mencatat valas Rp 3,889 triliun.
Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing atau NPF) mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya, dari 3,76 persen di Mei 2011 menjadi 3,55 persen. Secara nominal BI, mencatat NPF sebesar Rp 2,937 triliun.
Sejalan dengan BUS dan UUS, berdasarkan data yang sama, peningkatan aset juga terlihat pada bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Terjadi pertumbuhan sebesar 30 persen atau menjadi Rp 3,082 triliun, dari posisi yang sama di tahun sebelumnya Rp 2,374 triliun.
Dari segi DPK, BPRS mencatat pendanaan sebesar Rp 1,786 triliun. Tabungan mudharabah mendominasi sebesar Rp 404 miliar sedangkan tabungan wadiah sebesar Rp 326 triliun.
Dari segi pembiayaan, BPRS menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2,432 triliun. Berbeda dengan BUS dan UUS, BPRS mencatat kenaikan NPF menjadi 7,09 persen, dari Mei lalu 6,90 persen.
Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah BI, Mulya Siregar, saat ditemui beberapa waktu lalu, peningkatan aset terjadi karena kinerja enam BUS yang muncul di 2010 lalu. "Mereka sudah mulai berkontribusi terhadap pertumbuhan," katanya. Meski tak sebesar BUS, beberapa UUS juga memiliki dampak signifikan. Di antaranya BTN Syariah, Permata Bank Syariah, dan CIMB Niaga Syariah.
BI memprediksi tiga target pertumbuhan bank syariah Indonesia, diantaranya pertumbuhan optimis di mana aset bank syariah bisa menembus angka Rp 150 triliun. Selain itu, BI juga memprediksikan pertumbuhan moderat dengan target aset Rp 141 triliun dan pesimis dengan target aset hingga mencapai Rp 131 triliun.
Terjadi peningkatan aset dari Rp 75,205 triliun pada Juni 2010 lalu, menjadi Rp 109,750 triliun di Juni 2011. Pertumbuhan aset ini terlihat seiring meningkatnya dana pihak ketiga (DPK), yang berdampak pada peningkatan pembiayaan.
Dari segi DPK, bank syariah berhasil meningkatkan penggalangan dana hingga 49 persen, dari Rp 58,078 triliun menjadi Rp 87,025 triliun. Untuk DPK dalam mata uang rupiah, BI mencatat bank syariah mengumpulkan Rp 83,494 triliun, dengan komposisi deposito murabahah (bagi hasil) sebesar Rp 49,906 triliun, tabungan mudharabah sebesar Rp 25,175 triliun dan giro wadiah (titipan) sebesar Rp 8,413 triliun.
Untuk mata uang asing, BI mencatat bank syariah mampu menggalang valas sebesar Rp 3,531 triliun. Sama halnya seperti dalam rupiah, deposito murabahah mendominasi sebesar Rp 2,217 triliun sedangkan giro wadiah dan tabungan mudharabah masing-masing, Rp 1,045 triliun dan Rp 267 miliar.
Sementara itu, dari segi pembiayaan, bank syariah berhasil menyalurkan dana sebesar Rp 82,616 triliun atau meningkat 46 persen, di banding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 55,801 triliun. Dalam mata uang rupiah, bank syariah mencatat pembiayaan sebesar Rp 78,727 triliun sedangkan dalam mata uang asing, bank syariah mencatat valas Rp 3,889 triliun.
Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing atau NPF) mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya, dari 3,76 persen di Mei 2011 menjadi 3,55 persen. Secara nominal BI, mencatat NPF sebesar Rp 2,937 triliun.
Sejalan dengan BUS dan UUS, berdasarkan data yang sama, peningkatan aset juga terlihat pada bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Terjadi pertumbuhan sebesar 30 persen atau menjadi Rp 3,082 triliun, dari posisi yang sama di tahun sebelumnya Rp 2,374 triliun.
Dari segi DPK, BPRS mencatat pendanaan sebesar Rp 1,786 triliun. Tabungan mudharabah mendominasi sebesar Rp 404 miliar sedangkan tabungan wadiah sebesar Rp 326 triliun.
Dari segi pembiayaan, BPRS menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2,432 triliun. Berbeda dengan BUS dan UUS, BPRS mencatat kenaikan NPF menjadi 7,09 persen, dari Mei lalu 6,90 persen.
Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah BI, Mulya Siregar, saat ditemui beberapa waktu lalu, peningkatan aset terjadi karena kinerja enam BUS yang muncul di 2010 lalu. "Mereka sudah mulai berkontribusi terhadap pertumbuhan," katanya. Meski tak sebesar BUS, beberapa UUS juga memiliki dampak signifikan. Di antaranya BTN Syariah, Permata Bank Syariah, dan CIMB Niaga Syariah.
BI memprediksi tiga target pertumbuhan bank syariah Indonesia, diantaranya pertumbuhan optimis di mana aset bank syariah bisa menembus angka Rp 150 triliun. Selain itu, BI juga memprediksikan pertumbuhan moderat dengan target aset Rp 141 triliun dan pesimis dengan target aset hingga mencapai Rp 131 triliun.
No comments:
Post a Comment