According to him, BNI Syariah would open 50 outlets in 2012 a special micro. "If one outlet Rp 40 billion, yes that 50 outlets to Rp 2 trillion," he said when met Reuters on Thursday (18 / 8) night. (source)
As an initial project, BNI Syariah will develop micro outlets in Depok and Bogor, West Java. Population density is the reason why these two locations were selected.
The investment value is estimated to reach Rp 500 million, for the establishment of a single outlet. "This business is more real, it means touching the grass root effort," he said. So far, the Bank ready to actually have a micro-finance. However, Rizqullah claimed not so worked up.
World Bank ready to cooperate with the banks financing the people of sharia (SRB) and other micro-Islamic financial institutions. In July 2011, this financing reached USD 300 to 400 billion.
Previously, Director of Business BNI Syariah Bambang Widjanarko said BNI Syariah interested in getting into the micro because the potential is enormous. "Moreover, the spread of risk need to be in the business so that not only in big business, but also all fronts," he said.
Akad murabaha ordinance would be the financing agreement. Murabaha is a sale and purchase agreement between the bank and the client. BNI Syariah promised margins would be competitive. Because financing is venture capital financing is aimed at small communities.
In the first half of 2011, the Bank ready to record the assets increased 24.7 percent to Rp 6.621 trillion, from the same period the previous year (year on year or yoy) to Rp 5.306 trillion. Financing grew 43.34 percent to Rp 4.49 trillion or, from Rp 3.13 trillion the previous period.
Third-party funds (TPF) dominated low-cost funds, savings and current accounts, recorded an increase of 25 percent or Rp 5.31 trillion from Rp 4.25 trillion the previous period. BNI Syariah scored a net profit of Rp 52 billion or an increase of 198 percent compared to June 2010 earnings, which is still loss of Rp 53 billion.Editors: Taufik rachmanReporter: sefti oktarinisa
Pembiayaan Mikro Bank Syariah Ditarget Rp 2 Triliun
Jumat, 19 Agustus 2011 08:21 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah menargetkan pembiayaan mikro bakal mencapai Rp 2 triliun hingga akhir 2012 nanti. Direktur Utama BNI Syariah Rizqullah mengaku optimis mampu meningkatkan pembiayaan ini, mengingat bisnis mikro bakal digenjot optimal tahun depan.
Menurutnya, BNI Syariah bakal membuka 50 outlet khusus mikro di 2012. “Kalau satu outlet Rp 40 miliar, ya kalau 50 outlet untuk Rp 2 triliun,” katanya saat ditemui Republika, Kamis (18/8) malam.
Sebagai proyek awal, BNI Syariah bakal mengembangkan outlet mikro di Depok dan Bogor, Jawa Barat. Kepadatan penduduk menjadi alasan mengapa kedua wilayah ini dipilih.
Nilai investasi diperkirakan mencapai Rp 500 juta, untuk pendirian satu outlet. “Ini bisnis yang lebih riil, artinya menyentuh usaha grass root,” ujarnya. Selama ini, BNI Syariah sebenarnya telah memiliki pembiayaan mikro. Namun, Rizqullah mengaku belum begitu digarap maksimal.
BNI Syariah menjalin kerja sama dengan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) dan lembaga keuangan syariah mikro lainnya. Pada Juli 2011, pembiayaan ini mencapai Rp 300 hingga 400 miliar.
Sebelumnya, Direktur Bisnis BNI Syariah Bambang Widjanarko berujar BNI Syariah tertarik masuk ke mikro karena potensi yang amat besar. “Lagipula penyebaran risiko perlu dalam bisnis sehingga tidak hanya di bisnis besar saja tapi juga semua lini,” katanya.
Akad murabahah bakal menjadi tata cara perjanjian pembiayaan. Murabahah merupakan perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah. BNI Syariah berjanji margin yang diberikan bakal kompetitif. Pasalnya pembiayaan ini merupakan pembiayaan modal usaha yang ditujukan untuk masyarakat kecil.
Di semester pertama 2011, BNI Syariah mencatat aset meningkat 24,7 persen atau menjadi Rp 6,621 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year atau yoy) Rp 5,306 triliun. Pembiayaan tumbuh 43,34 persen atau menjadi Rp 4,49 triliun, dari periode sebelumnya Rp 3,13 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK) yang didominasi dana murah, tabungan dan giro, tercatat meningkat 25 persen atau menjadi Rp 5,31 triliun, dari periode sebelumnya Rp 4,25 triliun. BNI Syariah mencetak laba bersih senilai Rp 52 Miliar atau meningkat sebesar 198 persen dibandingkan laba Juni 2010, yang masih rugi Rp 53 miliar.
Source : http://www.republika.co.id/berita/syariah/keuangan/11/08/19/lq5h2u-pembiayaan-mikro-bank-syariah-ditarget-rp-2-triliun - Aug 19, 2011 - google translate
Menurutnya, BNI Syariah bakal membuka 50 outlet khusus mikro di 2012. “Kalau satu outlet Rp 40 miliar, ya kalau 50 outlet untuk Rp 2 triliun,” katanya saat ditemui Republika, Kamis (18/8) malam.
Sebagai proyek awal, BNI Syariah bakal mengembangkan outlet mikro di Depok dan Bogor, Jawa Barat. Kepadatan penduduk menjadi alasan mengapa kedua wilayah ini dipilih.
Nilai investasi diperkirakan mencapai Rp 500 juta, untuk pendirian satu outlet. “Ini bisnis yang lebih riil, artinya menyentuh usaha grass root,” ujarnya. Selama ini, BNI Syariah sebenarnya telah memiliki pembiayaan mikro. Namun, Rizqullah mengaku belum begitu digarap maksimal.
BNI Syariah menjalin kerja sama dengan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) dan lembaga keuangan syariah mikro lainnya. Pada Juli 2011, pembiayaan ini mencapai Rp 300 hingga 400 miliar.
Sebelumnya, Direktur Bisnis BNI Syariah Bambang Widjanarko berujar BNI Syariah tertarik masuk ke mikro karena potensi yang amat besar. “Lagipula penyebaran risiko perlu dalam bisnis sehingga tidak hanya di bisnis besar saja tapi juga semua lini,” katanya.
Akad murabahah bakal menjadi tata cara perjanjian pembiayaan. Murabahah merupakan perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah. BNI Syariah berjanji margin yang diberikan bakal kompetitif. Pasalnya pembiayaan ini merupakan pembiayaan modal usaha yang ditujukan untuk masyarakat kecil.
Di semester pertama 2011, BNI Syariah mencatat aset meningkat 24,7 persen atau menjadi Rp 6,621 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year atau yoy) Rp 5,306 triliun. Pembiayaan tumbuh 43,34 persen atau menjadi Rp 4,49 triliun, dari periode sebelumnya Rp 3,13 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK) yang didominasi dana murah, tabungan dan giro, tercatat meningkat 25 persen atau menjadi Rp 5,31 triliun, dari periode sebelumnya Rp 4,25 triliun. BNI Syariah mencetak laba bersih senilai Rp 52 Miliar atau meningkat sebesar 198 persen dibandingkan laba Juni 2010, yang masih rugi Rp 53 miliar.
No comments:
Post a Comment