Jakarta (13 / 9). In the year 2010 - 2011 Lots of sharia banking Sharia-shaped (UUS) to spin off (mains broke away from the bank) to establish Sharia Commercial Banks (BUS) with reasons for wanting to promote Islamic banking and more independent in performing self-management.
But from the beginning of a spin off that lovely teryata not as easy to do, there UUS successful in doing a spin off of it but some have oversized UUS in doing a spin off when the BUS.
Observing this phenomenon, Chairman of the All-Indonesia Association of Islamic Banks (Asbisindo) Riawan Achmad Amin, said that the spin off of the Islamic banking BUS UUS be enforced as if it had happened so many new Islamic bank management is difficult to develop themselves.
(source)
He looked, it should spin off is done when the customer of a bank with a ratio of 50: 50, thereby doing a spin off an independent alternative to UUS. But what happens in Indonesia is not the case, the spin off is performed only based on information from Bank Indonesia that the potential of the banking industry is very bright. "I think it should be," explained Riawan Amen.
With the reality of Islamic banking conditions that existed during this, Riawan UUS see that spin off into the BUS rife in Islamic banks is a testament to the failure of BI within the projected increase its market share of 5% during this time. Therefore, Riawan hope the policy should be reviewed again and do not be imposed on Islamic banks.
While the Islamic economists, Aviliani asserted, from the beginning he did not agree with the decision to spin off UUS BUS, when the capital owned by Islamic banks is still small. He suggested that the spin off is done when it's capital of Islamic banks are very large.
For her new BUS currently very difficult to develop yourself as a very small capital, especially those demanded by the shareholders who should profit and efficiently. "Imagine a small capital they need to landing (channeling financing) and meet all sorts of operational needs of Islamic banking it is very difficult they are to go forward," he said.
Aviliani argued before a strong capital better spin off in delay and during the first Islamic bank UUS is pointless as well, especially in the liquidity problems. They will be assisted in terms of capital by the parent (conventional). "I think the concept of spin offs need to be reviewed so that Islamic banking can be healthy in conducting banking operations," said Aviliani. (Agus)
Spin Off UUS ke BUS Perlu Dikaji
Wednesday, 14 September 2011 14:05 Zarkasih
E-mail Print PDF
Jakarta, (13/9).
Di tahun 2010 – 2011 Banyak perbankan syariah berbentuk Unit Usaha Syariah (UUS) melakukan spin off (memisahkan diri dari bank Induk) dengan membentuk Bank Umum Syariah (BUS) dengan alasan ingin memajukan perbankan syariah dan lebih independen dalam melakukan manajemen diri. Tapi spin off yang dari awal indah dipandang teryata tak semudah untuk dilakukan, ada UUS yang sukses dalam melakukan spin off tersebut tapi ada pula UUS mengalami kedodoran dalam melakukan spin off kala menjadi BUS.
Mencermati fenomena itu, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Seluruh Indonesia (Asbisindo) Achmad Riawan Amin, mengatakan, bahwa spin off perbankan syariah dari UUS menjadi BUS seakan-akan dipaksakan sehingga yang terjadi banyak manajemen bank syariah baru sulit untuk mengembangkan diri.
Ia memandang, seharusnya spin off dilakukan ketika nasabah suatu bank dengan perbandingan 50 : 50, dengan demikian dilakukannya spin off merupakan alternatif UUS bisa mandiri. Tapi yang terjadi di Indonesia tidak demikian, spin off dilakukan hanya berdasarkan informasi dari Bank Indonesia bahwa potensi industri perbankan sangat cerah. “Saya rasa tidak harus demikian,”terang Riawan Amin.
Dengan realitas kondisi perbankan syariah yang ada selama ini, Riawan melihat bahwa spin off UUS menjadi BUS yang marak terjadi di bank syariah merupakan bukti kegagalan proyeksi BI dalam meningkatkan market share 5% selama ini. Maka dari itu, Riawan berharap kebijakan tersebut harus ditinjau lagi dan jangan terlalu dipaksakan kepada bank syariah.
Sementara pengamat ekonomi syariah, Aviliani menegaskan, sejak awal ia tak setuju dengan kebijakan spin off UUS menjadi BUS, ketika modal yang dimiliki oleh bank syariah tersebut masih kecil. Ia menyarankan bahwa spin off dilakukan ketika bank syariah itu modalnya sangat besar.
Baginya saat ini BUS baru sangat sulit mengembangkan diri karena modalnya sangat kecil, apalagi mereka dituntut oleh pihak pemegang saham yang harus profit dan effisien. “Bayangkan dengan modal kecil mereka harus landing (menyalurkan pembiayaan) dan memenuhi segala macam kebutuhan operasional perbankan syariah maka sangat sulit mereka untuk maju,”ujarnya.
Aviliani berpendapat sebelum modalnya kuat lebih baik spin off di tunda dulu dan selama menjadi UUS bank syariah ada untungnya juga, terutama dalam kesulitan likuiditas. Mereka akan dibantu dari segi permodalan oleh induknya (konvensional). “Saya rasa konsep spin off perlu untuk dikaji ulang agar perbankan syariah bisa sehat dalam melakukan operasional perbankannya,”tegas Aviliani. (Agus)
No comments:
Post a Comment