REPUBLIKA.CO.ID, Soreang - Questioned on the issue of halal haram in the process of buying and selling on credit, Chairman of the MUI Regency Bandung, KH Safiuddin Anwar Kamil asserts that the credit is allowed and certainly not unlawful. Credit is not permitted and usury when through certain requirements.
"Credit different from the name of usury," he said in a discussion held at the RM FIF. Rice Village, Soreang, Tuesday (24 / 1). Anwar added that credit is the process of buying through a gradual manner. Credit is allowed when the distance between the seller and buyer are not mutually harmed. (source)
"Credit different from the name of usury," he said in a discussion held at the RM FIF. Rice Village, Soreang, Tuesday (24 / 1). Anwar added that credit is the process of buying through a gradual manner. Credit is allowed when the distance between the seller and buyer are not mutually harmed. (source)
Anwar also added credit trading are allowed when there is certainty of price and did not happen two prices. From the beginning both agree on one price only, not two prices. Two pricing options only at the beginning, before the transaction was agreed.
Anwar also regretted that the NGOs and CBOs who provokes to stop doing the opposite of credit due to religious teachings. "It justified it, because there is no strong reason," he added.
For example, both agree with the price in installments, added Anwar, then that price should no longer be altered in the middle of the process pencicilan, should not be raised or lowered because of credit faster or slower.
In discussions with the theme 'Do Credit is Riba?,' Present as well as resource persons as the head of the Supreme Didi Soreang FIF. On the occasion, FIF sharia as the flagship program is offered as an alternative solution that guided leasing and Shariah compliant.
"With the FIF sharia, we offer consumer installment credit at will, God willing, remain Barokah," said Didi.
MUI: Kredit itu Halal Bukan Riba
Selasa, 24 Januari 2012 13:36 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG - Menyoal permasalahan haram halal pada proses jual beli melalui kredit, Ketua MUI Kabupaten Bandung, KH Anwar Safiuddin Kamil menegaskan bahwa kredit diperkenankan dan jelas tidak haram. Kredit diperkenankan dan bukanlah riba bila melalui persyaratan-persyaratan tertentu.
"Kredit berbeda jauh dengan namanya riba," ujarnya dalam acara diskusi yang diselenggarakan FIF di RM. Kampung Sawah, Soreang, Selasa (24/1). Anwar menambahkan, kredit merupakan proses pembelian melalui cara berangsur-angsur. Kredit diperbolehkan jika antara pihak penjual dan pembeli tidak saling dirugikan.
Anwar juga menambahkan, jual beli kredit dibolehkan ketika terjadi kepastian harga dan tidak terjadi dua harga. Sejak awal keduanya menyepakati satu harga saja, tidak dua harga. Dua harga itu hanya pilihan di awal, sebelum transaksi disepakati.
Anwar juga sangat menyayangkan pihak LSM dan Ormas yang memprovokasi untuk berhenti melakukan kredit karena berseberangan dengan ajaran agama. "Tidak dibenarkan hal tersebut, karena tidak ada alasannya yang kuat," tambahnya.
Misalnya keduanya sepakat dengan harga dicicil, tambah Anwar, maka harga itu tidak boleh lagi diubah-ubah di tengah proses pencicilan, tidak boleh dinaikkan atau diturunkan lantaran kreditnya lebih cepat atau lebih lambat.
Dalam diskusi yang bertemakan 'Apakah Kredit itu Riba?,' hadir juga sebagai narasumber Didi Agung selaku kepala FIF soreang. Dalam kesempatan tersebut, FIF syariah ditawarkan sebagai program unggulan sebagai solusi alternatif leasing yang berpanduan dan berbasis syariah.
"Dengan FIF syariah, kita tawarkan cicilan kredit sesuai kehendak konsumen, insya Allah tetap Barokah," ujar Didi.
"Kredit berbeda jauh dengan namanya riba," ujarnya dalam acara diskusi yang diselenggarakan FIF di RM. Kampung Sawah, Soreang, Selasa (24/1). Anwar menambahkan, kredit merupakan proses pembelian melalui cara berangsur-angsur. Kredit diperbolehkan jika antara pihak penjual dan pembeli tidak saling dirugikan.
Anwar juga menambahkan, jual beli kredit dibolehkan ketika terjadi kepastian harga dan tidak terjadi dua harga. Sejak awal keduanya menyepakati satu harga saja, tidak dua harga. Dua harga itu hanya pilihan di awal, sebelum transaksi disepakati.
Anwar juga sangat menyayangkan pihak LSM dan Ormas yang memprovokasi untuk berhenti melakukan kredit karena berseberangan dengan ajaran agama. "Tidak dibenarkan hal tersebut, karena tidak ada alasannya yang kuat," tambahnya.
Misalnya keduanya sepakat dengan harga dicicil, tambah Anwar, maka harga itu tidak boleh lagi diubah-ubah di tengah proses pencicilan, tidak boleh dinaikkan atau diturunkan lantaran kreditnya lebih cepat atau lebih lambat.
Dalam diskusi yang bertemakan 'Apakah Kredit itu Riba?,' hadir juga sebagai narasumber Didi Agung selaku kepala FIF soreang. Dalam kesempatan tersebut, FIF syariah ditawarkan sebagai program unggulan sebagai solusi alternatif leasing yang berpanduan dan berbasis syariah.
"Dengan FIF syariah, kita tawarkan cicilan kredit sesuai kehendak konsumen, insya Allah tetap Barokah," ujar Didi.
No comments:
Post a Comment