According to the Directorate of Islamic Banking Director of Bank Indonesia, Mulya Siregar, Indonesia Islamic financial industry position is based on a survey conducted BMB Islamic Finance Index. Indonesia's position was under Iran, Malaysia, and Saudi Arabia. "Indonesia Islamic financial industry is larger than the Union Arab Emirate, Kuwait, and Britain," she says, Thursday (13/10). (source)
He said the assessment was based on a number of indicators antaralain number of financial institutions, industry volume, and completeness of the regulation. He is targeting positions Indonesian Islamic financial industry can occupy the third position in the world next year.
The development of Islamic finance industry forward, he said, will be directed to the sharia product base. Islamic products will be developed selectively komplien. "Going forward, we focus on the Islamic product base, but still needs to be developed to akselesai komplien sharia selectively," he said.
The position of Islamic banking assets by the BI record, in August 2011 reached Rp 120 trillion. At the end of 2011, targeted assets rose to Rp 131 trillion. While leanding financing reached Rp 92 trillion.
Meanwhile, Minister for National Development Planning, Armida Alisyahbana said Islamic banking sector has grown positively with Third Party Funds (TPF) from Rp 5.7 trillion in 2003 to Rp 89.8 trillion in July 2011. Distribution of financing grew from USD 5.5 trillion in 2003 to Rp 88 trillion in July with the Non-Performing Finance (NFC) healthy 3.75 percent in July 2011.
Keuangan Syariah RI Duduki Peringkat Empat Dunia
Kamis, 13 Oktober 2011 17:44 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA---Perkembangan keuangan
syariah di Indonesia maju pesat. Hal ini terbukti dengan posisi
industri keuangan syariah Indonesia yang menduduki posisi keempat
terbesar di dunia.
Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Mulya Siregar, posisi industri keuangan syariah Indonesia tersebut berdasarkan survei yang dilakukan BMB Islamic Finance Index. Posisi Indonesia berada di bawah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi. “Industri keuangan syariah Indonesia lebih besar dari Uni Emirate Arab, Kuwait, dan Inggris, “ ujarnya, Kamis (13/10).
Dia mengatakan penilaian tersebut didasarkan pada sejumlah indikator antaralain jumlah lembaga keuangan, volume industri, dan kelengkapan regulasi. Dia mentarget posisi industri keuangan syariah Indonesia dapat menduduki posisi ketiga di dunia tahun depan.
Pengembangan industri keuangan syariah ke depan, ungkapnya, akan diarahkan ke produk syariah base. Produk syariah komplien akan dikembangkan secara selektif. “Ke depan, kita fokuskan ke produk syariah base, tetapi untuk akselesai tetap perlu dikembangkan syariah komplien secara selektif, “ ujarnya.
Posisi aset perbankan syariah menurut catatan BI, pada Agustus 2011 mencapai Rp 120 triliun. Pada akhir 2011, ditargetkan aset naik menjadi Rp 131 triliun. Sementara leanding pembiayaan mencapai Rp 92 triliun.
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Armida Alisyahbana mengatakan sektor perbankan syariah telah tumbuh positif dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Rp 5,7 triliun pada 2003 menjadi Rp 89,8 triliun pada Juli 2011. Penyaluran pembiayaan tumbuh dari Rp 5,5 triliun pada 2003 menjadi Rp 88 triliun pada Juli dengan Non Performing Finance (NFC) sehat 3,75 persen pada Juli 2011.
Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Mulya Siregar, posisi industri keuangan syariah Indonesia tersebut berdasarkan survei yang dilakukan BMB Islamic Finance Index. Posisi Indonesia berada di bawah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi. “Industri keuangan syariah Indonesia lebih besar dari Uni Emirate Arab, Kuwait, dan Inggris, “ ujarnya, Kamis (13/10).
Dia mengatakan penilaian tersebut didasarkan pada sejumlah indikator antaralain jumlah lembaga keuangan, volume industri, dan kelengkapan regulasi. Dia mentarget posisi industri keuangan syariah Indonesia dapat menduduki posisi ketiga di dunia tahun depan.
Pengembangan industri keuangan syariah ke depan, ungkapnya, akan diarahkan ke produk syariah base. Produk syariah komplien akan dikembangkan secara selektif. “Ke depan, kita fokuskan ke produk syariah base, tetapi untuk akselesai tetap perlu dikembangkan syariah komplien secara selektif, “ ujarnya.
Posisi aset perbankan syariah menurut catatan BI, pada Agustus 2011 mencapai Rp 120 triliun. Pada akhir 2011, ditargetkan aset naik menjadi Rp 131 triliun. Sementara leanding pembiayaan mencapai Rp 92 triliun.
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Armida Alisyahbana mengatakan sektor perbankan syariah telah tumbuh positif dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Rp 5,7 triliun pada 2003 menjadi Rp 89,8 triliun pada Juli 2011. Penyaluran pembiayaan tumbuh dari Rp 5,5 triliun pada 2003 menjadi Rp 88 triliun pada Juli dengan Non Performing Finance (NFC) sehat 3,75 persen pada Juli 2011.
No comments:
Post a Comment