WWW.TEMPO.CO, Jakarta - Islamic Bank will continue to wait for the certainty of Bank Indonesia (BI) associated with the establishment of Islamic benchmark. They claim will not necessarily adopt the benchmark index.
Director of Bank Muamalat Indonesia (BMI), Arviyan Arifin, welcomed the plan to launch a benchmark BI shariah bank. "For us it's a good plan," he told Tempo on Sunday, February 19, 2012. (source)
Earlier this month Bank plans to launch it as an alternative index for Islamic banks set margins in pricing or nisbat each product. Islamic Indices will be made based on the calculation of the real sector of 11 commodities including agriculture, trade, mining, industry, and services. "Each sector will have a different benchmark values."
According to Islamic banking analyst with BI, Rafki Ismail, as long as there are still many Islamic banks are based on the interest rates of conventional banks to price their products. This practice is considered not Islamic. "Then it would no longer sharia," he said.
Although welcomed the plan, Bank Muamalat, according Arviyan, not necessarily to adopt the index. "We want to know first what kind of details."
He added during this nisbat BMI has made its own calculations. "Normally we calculate the magnitude scale nisbat of our revenues," said Arviyan.
Arviyan not deny that today there are many Islamic banks that practice is not labeled in accordance with the provisions. "There are some who do not practice Sharia in some Islamic banks."
Meanwhile, the central bank's own claim will force Islamic banks do not immediately turn to the Islamic version of the BI index. "Let the Islamic banks to adjust by itself," said Ra
Minggu, 19 Februari 2012 | 13:29 WIB
Bank Syariah Tunggu Kepastian BI
Besar Kecil Normal
TEMPO.CO, Jakarta - Bank syariah akan tetap menunggu kepastian Bank Indonesia (BI) terkait dengan penetapan indeks acuan syariah. Mereka mengaku tidak akan serta-merta mengadopsi indeks acuan tersebut.
Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia (BMI), Arviyan Arifin, menyambut baik rencana BI meluncurkan indeks acuan bank syariah. “Bagi kami itu rencana yang bagus,” ucapnya kepada Tempo, Minggu 19 Februari 2012.
Sebelumnya BI pada bulan ini berencana meluncurkan indeks syariah sebagai alternatif bagi bank syariah dalam menetapkan margin pricing atau nisbat setiap produknya. Indeks syariah nantinya akan dibuat berdasarkan perhitungan 11 komoditas sektor riil antara lain sektor pertanian, perdagangan, pertambangan, industri, dan jasa. "Masing-masing sektor akan punya nilai benchmark yang berbeda."
Menurut analis perbankan syariah BI, Rafki Ismail, selama ini masih banyak bank syariah yang berpatokan pada suku bunga bank konvensional untuk menetapkan harga produknya. Praktek ini dianggap tidak syariah. “Kalau begitu jadinya tidak syariah lagi,” katanya.
Meski menyambut baik rencana tersebut, Bank Muamalat, menurut Arviyan, tidak serta-merta akan mengadopsi indeks tersebut. “Kami ingin tahu dulu detailnya seperti apa.”
Ia menambahkan selama ini BMI telah melakukan perhitungan nisbat tersendiri. “Biasanya kami menghitung besaran nisbat dari besaran pendapatan kami,” Arviyan menuturkan.
Arviyan tidak menampik bahwa saat ini masih banyak bank umum berlabel syariah yang prakteknya tidak sesuai dengan ketentuan. “Memang ada beberapa praktek yang tidak syariah di beberapa bank syariah.”
Sementara itu bank sentral sendiri mengaku tidak akan memaksa bank syariah langsung beralih pada indeks syariah versi BI. “Biarkan bank syariah menyesuaikan dengan sendirinya,” kata Rafki.
Source: - Feb 20, 1012 - google translate
No comments:
Post a Comment