Wednesday, June 27, 2012

INDONESIA - BANKING - Product development biggest challenge

www.bisnis.com - MAKASSAR-limited products of Islamic banks today become one of the challenges in efforts to develop Islamic banking industry in capturing the opportunities that exist.
 
Chairman of the Association of Islamic Economist (IAEI) Bambang PS Brodjonegoro said the lack of Islamic banking products is one of three factors challenge the growth of Islamic finance is not significant.
 
According to him, two other external factor is the absence of Islamic or Shariah compliance standards compliance standard that allows the distinction of compliance, tailored to the relevant bank or central banks concerned. Another factor is a matter of international Islamic institutional infrastructure that is still not united in substance.
 
"Islamic products is relatively limited, so that consumers are still thinkers-thinkers to switch to the Shariah, it is also faced by the countries of the Islamic financial development," he said as a keynote speaker in the Islamic Banking Research Forum-5 that was held at the Muslim University of Indonesia ( UMI) Makassar today, Tuesday (26/06/2012).  (source)



Matter of international Islamic organizations, Bambang, who is also head of the Ministry of Finance of fiscal policy is to assess the existence of a number of institutions in the world today have not been unified since further highlight the political element.
 
"Instead of encouraging one another institute sharia industry but more political intrigue, more prominent than the substance of politics," he said.
 
Hence the growth of Islamic banking constraints rather than because of the strength of conventional banking in the world but the internal conflicts in the Islamic industry itself.
 
He described the total assets of Islamic banks in the world today only 1% of total financial assets of the world. Of these values ​​can be viewed two ways, whether Islamic industry of diminishing enthusiasm or even that number is predicted to grow again.
 
The challenges of the domestic side, said Bambang, Islamic banking should be a financial solution in Indonesia in the community wherever it is. Currently, conventional banks have not been able to resolve any problem.
 
In addition, Islamic banking should also encourage an increase in public saving. Current gross domestic product (GDP) of Indonesia into the world order of 15-16, but GDP is not counting the informal economy. "For example, small business, that's money saved at home, not in the bank so that GDP does not count, Islamic banking can not push it," he said.
 
He said that since Indonesia's independence in 1945, during wakatu nearly 67 years, the number of new savings to reach 60 million or approximately 25% of the total population of Indonesia. This Berbera with mobile phone penetration is expected to enter 1994 and now reaches 220 million users.
 
Bambang stressed the Islamic banking should also encourage the inclusion of Islamic insurance so as to protect the assets of existing customers. "These challenges are expected to be solved together," he said.
 
Based on data from Bank Indonesia website, as of April 2012, the number of Islamic banks reached 11 bank offices with the number 1457, while the number of conventional banks have Islamic business units as many as 24 bank offices with the number 434.
 
The number of people of Islamic bank financing (BPRS) total number of 155 with 376 offices. Total assets of Islamic banking by April 2012 reached Rp144, 28 trillion from the position in March 2012 Rp151, 86 trillion, while total deposits reached Rp114, 02 trillion from March Rp119, 64 trillion.
 
Islamic Banking Research Forum to-5 is held by the IAEI in collaboration with the UMI Makassar supported by Bank Indonesia.
 
Executive Director Islamic Banking Department of Bank Indonesia Eddy Setiadi said the forum will be led to the recommendation and suggestions to improve the overall Islamic banking.
 
"In addition, this forum can be a parameter to measure the depth of understanding of Islamic banking, mapping the human resource where every year we need 20 000 HR sharia," he said. (Parachute)

BANK SYARIAH dituntut pacu inovasi produk

Large_img_8186
MAKASSAR—Terbatasnya produk bank syariah saat ini menjadi salah satu tantangan dalam upaya menumbuhkembangkan industri perbankan syariah dalam menggarap peluang yang ada.
 
Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan terbatasnya produk perbankan syariah merupakan satu dari tiga faktor tantangan pertumbuhan keuangan syariah yang belum signifikan. 
 
Menurutnya, dua faktor eksternal lainnya adalah belum adanya standar kepatuhan syariah atau syariah compliance yang baku sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan kepatuhan, disesuaikan dengan bank terkait atau bank sentral negara terkait. Faktor lain adalah soal infrastruktur kelembagaan syariah internasional yang masih belum menyatu secara substansi.
 
“Produk syariah relatif terbatas, sehingga konsumen masih mikir—mikir untuk beralih ke produk syariah, ini juga dihadapi oleh negara—negara pengembang keuangan syariah,” katanya ketika menjadi pembicara kunci dalam Forum Riset Perbankan Syariah ke-5 yang digelar di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar  hari ini, Selasa (26/6/2012).
 
Soal lembaga internasional syariah, Bambang yang juga Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan ini menilai keberadaan sejumlah lembaga tersebut di dunia saat ini belum padu karena lebih menonjolkan unsur politik. 
 
“Bukannya lembaga ini saling membesarkan industri syariah tetapi lebih banyak intrik politik, lebih menonjol politik daripada substansi,” katanya.
 
Oleh karena itu kendala pertumbuhan perbankan syariah bukan lantaran kuatnya perbankan konvensional di dunia melainkan adanya pertentangan di internal industri syariah itu sendiri.
 
Dia menggambarkan total aset perbankan syariah di dunia saat ini baru 1% dari total aset keuangan dunia. Dari nilai tersebut bisa dipandang dua hal, apakah industri syariah semakin berkurang semangatnya atau angka tersebut justru diprediksi tumbuh lagi.
 
Adapun tantangan dari sisi domestik, kata Bambang, perbankan syariah harus bisa menjadi solusi keuangan masyarakat di Indonesia di wilayah mana pun itu. Saat ini, bank konvensional pun belum dapat menyelesaikan persoalan itu.
 
Selain itu, perbankan syariah juga mesti mendorong peningkatan masyarakat dalam menabung. Saat ini produk domestik bruto (PDB) Indonesia masuk urutan 15—16 dunia tetapi PDB tersebut belum menghitung ekonomi informal. “Misalnya usaha kecil, itu kan uangnya disimpan di rumah, tidak di bank sehingga tak masuk hitungan PDB, bisa tidak perbankan syariah mendorong itu,” katanya.
 
Dia mengatakan sejak Indonesia merdeka pada 1945, dalam kurun wakatu hampir 67 tahun itu jumlah tabungan baru mencapai 60 juta atau sekitar 25% dari total penduduk Indonesia. Ini berbera dengan penetrasi telepon seluler yang diperkirakan masuk 1994 dan kini mencapai 220 juta pengguna.
 
Bambang menegaskan perbankan syariah juga mesti mendorong masuknya asuransi syariah sehingga dapat melindungi aset konsumen yang ada. “Tantangan—tantangan ini diharapkan dapat dipecahkan bersama,” katanya.
 
Berdasarkan data situs Bank Indonesia, per April 2012, jumlah bank syariah mencapai 11 bank dengan jumlah 1.457 kantor, sedangkan jumlah bank umum konvensional yang memiliki unit usaha syariah sebanyak 24 bank dengan jumlah 434 kantor.
 
Adapun jumlah bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) sebanyak 155 dengan jumlah kantor 376. Total aktiva perbankan syariah per April 2012 mencapai Rp144,28 triliun dari posisi Maret 2012 Rp151,86 triliun, sedangkan jumlah dana pihak ketiga mencapai Rp114,02 trilun dari Maret Rp119,64 triliun.
 
Forum Riset Perbankan Syariah ke-5 tersebut digelar oleh IAEI hasil kerja sama dengan UMI Makassar dengan didukung oleh Bank Indonesia.
 
Direktur Eksekutif Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia Edy Setiadi mengatakan forum tersebut akan melahirkan rekomendasi dan saran guna meningkatkan perbankan syariah secara keseluruhan. 
 
“Selain itu forum ini bisa menjadi parameter mengukur kedalaman pemahaman perbankan syariah, memetakan sumber daya manusia di mana setiap tahun kita butuh 20.000 SDM syariah,” katanya. (sut)
 

No comments:

Post a Comment