Thursday, November 17, 2011

INDONESIA - BANKING - Sharia Banking Assets Rp130 ​​Trillion

JAKARTA: Islamic banking assets amounting to Rp130 ​​trillion recorded at the end of October 2011 increased by 48.57% compared to same period previous year.
Mulya Siregar, Director Islamic Banking Bank Indonesia (BI) said the increase in assets is in line with the disbursement of funding and third party fund raising (DPK) conducted by Islamic banks, Islamic business units, and bank financing Islamic people  (source)


He describes the financing that has been channeled to the end of October 2011 has reached Rp98 trillion, an increase of about 50.67% compared to October 2010 which amounted to Rp65, 04 trillion.
The accumulation of deposits has reached Rp92 trillion, up from about 35.29% compared to the previous Rp68 trillion. Higher levels of deposits compared to financing because most units still rely on Shariah funds from conventional banks in disbursing loans.
"The funding has also been a transition, where the contract with the profit sharing system that is mudaraba and musharaka increase and decrease the portion murabaha," he said today, without naming the portion of each of such financing.
The dominance of murabahaBased on data from the central bank in September 2011, the share of financing murabaha (sale and purchase agreement) which is famous for its level of fixed margins, still dominate the industrial financing portfolio. Murabaha has a share of 54.06% or about Rp51, 36 trillion of the total portfolio amounting to Rp95 trillion.
As for financing the system of profit sharing, ie mudaraba and musharaka new portion holds 29.31% or about Rp27, 84 trillion. The rest is a contract financing istishna, qardh, and ijara.
Mulya adding the Central Bank was determined to make Indonesia as the country ranks third in the world of Islamic banking industry according to Islamic Finance Country Index.
Organizers Islamic Finance Country Index, he explained, has motivated so that Indonesia could become the third grade in the global Islamic banking industry.
"They said Indonesia could be the third because the points are not far away with Saudi Arabia. Indonesia is the point 26 and Saudi Arabia 29. If they had said so then let's fight for it, "he said.
He was optimistic Indonesia could achieve these targets by improving some indicators in the Islamic financial industry. "There are some indicators that we can fix in order to provide better value," he said.
Ranked fourthAt this year's Islamic financial industry Indonesia was ranked fourth of 36 countries surveyed providers of Islamic finance by Islamic BMG a business and management consultancy based in London's leading.
Indonesia made it through Bahrain and United Arab Emirates, although still below Iran, Malaysia and Saudi Arabia respectively ranked first, second and third.
Assessment was based on several categories are like regulation, the number of Islamic banks in operation, the large volume of industry, education and culture, and completeness of infrastructure
On the same occasion Adiwarman Karim Economic Observer claimed that Sharia Islamic Financial Intelligence Summit that took place since yesterday and today in Malaysia, Indonesia project the Islamic banking industry will become number one in the World in 2023.
"Assets of the world Islamic financial industry in 2023 will reach U.S. $ 8,602 billion, and Indonesia was ranked first with a value of U.S. $ 1,597 billion," said Adiwarman. (20/Bsi)

Aset Perbankan Syariah Rp130 Triliun

Large__tk_8316

JAKARTA: Perbankan syariah membukukan aset sebesar Rp130 triliun pada akhir Oktober 2011 meningkat sebesar 48,57% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Mulya Siregar, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) mengatakan peningkatan aset tersebut sejalan dengan kinerja penyaluran pembiayaan serta penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan oleh bank umum syariah, unit usaha syariah, dan bank pembiayaan rakyat syariah

Dia menjabarkan pembiayaan yang telah disalurkan hingga akhir Oktober 2011 telah mencapai Rp98 triliun, meningkat sekitar 50,67% dibandingkan dengan Oktober 2010 yang sebesar Rp65,04 triliun.

Adapun penghimpunan DPK telah mencapai Rp92 triliun, naik sekitar 35,29% dibandingkan dengan sebelumnya Rp68 triliun. Lebih tingginya tingkat DPK dibandingkan dengan pembiayaan karena sebagian unit usaha syariah masih mengandalkan dana dari bank konvensional dalam menyalurkan pinjaman.

“Dalam pembiayaan juga telah terjadi peralihan, dimana akad dengan sistem bagi hasil yakni mudharabah dan musyarakah mengalami kenaikan dan porsi murabahah mengalami penurunan,” ujarnya hari ini, tanpa menyebut porsi masing-masing dari pembiayaan tersebut.

Dominasi murabahah
Berdasarkan data bank sentral pada September 2011, porsi pembiayaan murabahah (akad jual beli) yang terkenal dengan tingkat margin tetap, masih mendominasi portofolio pembiayaan industri. Murabahah memiliki porsi 54,06% atau sekitar Rp51,36 triliun dari total portofolio yang sebesar Rp95 triliun.

Adapun pembiayaan dengan sistem bagi hasil, yakni mudharabah dan musyarakah baru memegang porsi 29,31% atau sekitar Rp27,84 triliun. Sisanya merupakan pembiayaan dengan akad istishna, qardh, dan ijarah.

Mulya menambahkan Bank Sentral bertekad menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat ketiga dalam industri perbankan syariah dunia menurut Islamic Finance Country Index.

Penyelenggara Islamic Finance Country Index, jelasnya, telah memotivasi agar Indonesia bisa naik kelas menjadi urutan ketiga dalam industri perbankan syariah global.

“Mereka bilang Indonesia bisa urutan ketiga karena poinnya tidak jauh dengan Arab Saudi. Indonesia poinnya 26 dan Arab Saudi 29. Kalau mereka sudah bilang begitu maka ayo kita berjuang meraih itu,” ujarnya.

Dia optimistis Indonesia bisa meraih target tersebut dengan memperbaiki beberapa indikator dalam industri keuangan syariah. “Ada beberapa indikator yang bisa kami perbaiki agar bisa memberikan nilai yang lebih baik,” ujarnya.

Peringkat empat
Pada tahun ini industri keuangan syariah Indonesia menduduki peringkat empat dari 36 negara penyelenggara keuangan syariah yang disurvei oleh BMG Islamic sebuah lembaga konsultan bisnis dan manajemen  terkemuka yang berbasis di London.

Indonesia berhasil melewati Bahrain dan Uni Emirat Arab, meskipun masih dibawah Iran, Malaysia dan Arab Saudi yang masing-masing menduduki peringkat pertama, kedua dan ketiga.

Penilaian itu berdasarkan beberapa kategori seperi regulasi, jumlah bank syariah yang beroperasi, besarnya volume industri, edukasi dan budaya, serta kelengkapan infrastruktur

Pada kesempatan yang sama Pengamat Ekonomi Syariah Adiwarman Karim mengklaim bahwa Islamic Financial Intelligence Summit yang berlangsung sejak kemarin dan hari ini di Malaysia, memproyeksi industri perbankan syariah Indonesia akan menjadi nomor satu di Dunia pada 2023.

"Aset industri keuangan syariah dunia pada 2023 akan mencapai US$8.602 miliar, dan Indonesia menduduki peringkat pertama dengan nilai US$1.597 miliar ," kata Adiwarman. (20/Bsi)

Source : http://www.bisnis.com/articles/aset-perbankan-syariah-rp130-triliun  - Nov 16, 2011 - google translate

No comments:

Post a Comment