The number of mosques in this country has so many. In each village, there have been several mosques of various sizes. Nevertheless, the spirit of building the mosque also has never stopped. The mosque that is considered to be still lacking. That picture of the community about the importance and even the love of the mosque. (source)
Assumptions about the importance of the mosque was also felt by the late president Soeharto. Through Amal Bhakti Muslim Pancasila Foundation, president of the ruling more than 30 years it aspires to establish a mosque some 999 pieces across the homeland. These ideals were realized, until now it has established Mosque Amal Bhakti Muslim Pancasila number of them.
The question is, how to enable places of worship in order not to be used as a place of prayer. In fact not a few mosques that were built in large sizes and magnificent, but simply to pray alone is not maximized. While the mosque is only used as a place of Friday prayers and feasts. As for prayer in congregation five times, still seems limited. We easily see at many mosques. In each of the five daily prayers, attended only by a few congregation. So as if the love of the mosque is only limited to build it and have not been excited memfungsikannya.
For instance exceeds the mosque used as a place of worship and especially only for Friday prayers and Eid prayers, but also used for educational activities, social, economic, and even to solve various problems of life together, then a place of worship is not only important to connect the relationship with God but also builds relationships between human beings. Thus, the mosque will also be used as a center of activities to eradicate poverty, ignorance and underdevelopment.
Mosques or places of worship in fact is a force to move the congregation in expressing affection, respect one another, and each other mutual assistance among neighbors. Congregation should be expanded, not only in prayer, but in other activities, such as berekonomi, tackling low quality of education among the congregation, get jobs and help among those who need it. When it has established congregation, then among those concerned about each other and moved to help ------- for those who can afford, to those who need help. Lives of the Muslims are living together or congregation.
As an illustration of the beauty of the prayer in congregation is, that in each end of worship it has always turned to the right and left with the salutation. This means that after the prayer was finished, then the Muslims should pay attention to the people, whether on the right and left, then proceed to spread salvation to all that. Islam respects the right of each individual property. However, in property or property held by them that there is a right for others, to be paid through zakat, infaq, shadaqoh, endowments and grants.
For economic development, the mosque can be used, ------- not just to provide business skills training and capital, but also simultaneously used to establish market linkages. During this time, has always believed that a cooperative can be used as a force for building a democratic economy. Through the cooperative economy can be built together. Profit cooperative will not be enjoyed by anyone who has the capital and big business, but will be enjoyed by all members. When the cooperative was developed in every mosque, and the members of which are jama'ahnya, then the bond of togetherness was not just a ritual, but also in berekonomi activities.
Moreover, Islam has taught that in order to among others, work together, advise each other about the truth and patience, mutual deliberation, know and appreciate each other, then the noble values that will be realized through the mosque. Finally, the mosque is not only used as a place of ritual activities, but to the wider activities, which concerns the whole territory kelehidupan. Of course, this view will be executed if there is the driving force. Driving force was made up of local leaders around the mosque. The question is, how to build awareness, unite them, and start it. Indeed it is not easy to do. But if there is determination with a solid, then whatever the case may be successfully executed. The mosque will eventually be the strength of the economic development of nations. And Allaah knows best.
The author is the Rector of State Islamic University (UIN) Malang Maulana Malik Ibrahim
Masjid dan Pengembangan Ekonomi Ummat
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo
Jumlah masjid di negeri ini sudah sedemikian banyak. Pada setiap desa, sudah ada beberapa masjid dengan berbagai ukuran. Namun demikian, semangat membangun masjid juga tidak pernah berhenti. Masjid yang ada dianggap masih kurang jumlahnya. Itulah gambaran masyarakat tentang penting dan bahkan kecintaannya terhadap masjid.
Anggapan tentang betapa pentingnya masjid ternyata juga dirasakan oleh mendiang Presiden Soeharto. Lewat Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, presiden yang berkuasa lebih dari 30 tahun tersebut bercita-cita mendirikan masjid sejumlah 999 buah di seluruh tanah air. Cita-cita itu ternyata terwujud, hingga sekarang telah terbangun Masjid Amal Bhakti Muslim Pancasila sejumlah tersebut.
Persoalannya adalah, bagaimana memfungsikan tempat ibadah tersebut agar tidak saja digunakan sebagai tempat shalat. Bahkan pada kenyataannya tidak sedikit masjid yang dibangun dalam ukuran besar dan megah, tetapi sekedar untuk shalat saja belum maksimal. Sementara masjid hanya digunakan sebagai tempat shalat jum'at dan hari raya. Sedangkan untuk shalat berjama'ah lima waktu, tampaknya masih terbatas. Dengan mudah kita menyaksikan di banyak masjid. Pada setiap shalat lima waktu, hanya dihadiri oleh beberapa jama'ah. Sehingga seolah-olah kecintaan pada masjid hanya terbatas pada membangunnya dan belum bersemangat memfungsikannya.
Umpama masjid digunakan melebihi sebagai tempat ibadah dan apalagi hanya untuk shalat jum'at dan shalat Ied, tetapi juga digunakan untuk kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi, dan bahkan untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan bersama, maka tempat ibadah itu tidak saja penting untuk menyambung hubungan dengan Tuhan melainkan juga membangun hubungan antara sesama manusia. Dengan demikian, masjid juga akan bisa digunakan sebagai pusat kegiatan untuk mengentaskan kemiskinan,kebodohan dan ketertinggalan.
Masjid atau tempat ibadah sebenarnya adalah merupakan kekuatan untuk menggerakkan para jama'ah dalam mengekpresikan rasa kasih sayang, menghargai satu sama lain, dan saling tolong-menolong di antara sesama. Berjama'ah mestinya diperluas, tidak saja dalam shalat, melainkan dalam kegiatan lainnya, seperti berekonomi, menanggulangi rendahnya mutu pendidikan di antara jama'ah, mendapatkan pekerjaan dan menolong di antara mereka yang memerlukannya. Tatkala telah terbangun jama'ah, maka di antara mereka saling merasa prihatin dan tergerak untuk membantu -------bagi yang mampu, kepada mereka yang perlu dibantu. Kehidupan kaum muslimin adalah kehidupan kebersamaan atau berjama'ah.
Sebagai ilustrasi tentang keindahan shalat berjama'ah adalah, bahwa dalam setiap mengakhiri ibadah itu selalu menoleh ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan salam. Artinya setelah selesai shalat itu, maka kaum muslimin seharusnya memperhatikan orang-orang, baik yang ada di kanan dan juga kirinya, kemudian dilanjutkan dengan menebarkan keselamatan terhadap semua itu. Islam menghargai hak milik masing-masing pribadi. Akan tetapi, pada hak milik atau harta yang dikuasainya itu terdapat hak bagi orang lain, yang harus dibayarkan melalui zakat, infaq, shadaqoh, wakaf maupun hibah.
Untuk pengembangan ekonomi, masjid bisa digunakan, -------tidak saja untuk memberikan pelatihan ketrampilan usaha dan permodalan, melainkan juga sekaligus digunakan untuk membangun jaringan pasar. Selama ini, selalu diyakini bahwa koperasi bisa dijadikan sebagai kekuatan untuk membangun ekonomi kerakyatan. Melalui koperasi maka ekonomi bisa dibangun secara bersama-sama. Laba koperasi tidak akan dinikmati oleh seseorang yang memiliki modal dan usaha besar, melainkan akan dinikmati oleh semua anggotanya. Manakala koperasi ini dikembangkan di setiap masjid, dan anggotanya adalah para jama'ahnya, maka ikatan kebersamaan itu bukan saja yang bersifat ritual, melainkan juga dalam kegiatan berekonomi.
Selain itu, bahwa dalam Islam telah diajarkan agar di antara sesama, saling bekerjasama, saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran, saling bermusyawarah,saling mengenal dan menghargai, maka nilai-nilai luhur itu akan bisa diwujudkan melalui masjid. Akhirnya masjid tidak saja digunakan sebagai tempat kegiatan ritual, melainkan untuk kegiatan yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh wilayah kelehidupan. Sudah barang tentu, pandangan ini akan bisa dijalankan kalau ada kekuatan penggeraknya. Kekuatan penggerak itu adalah para tokoh setempat yang ada di sekitar masjid itu. Persoalannya adalah, bagaimana membangun kesadaran, mempersatukan mereka, dan memulainya. Memang hal itu tidak mudah dilakukan. Akan tetapi apabila ada tekad bersama yang kukuh, maka apapun keadaannya akan berhasil dijalankan. Masjid akhirnya akan menjadi kekuatan pengembangan ekonomi ummat. Wallahu a'lam.
Penulis adalah Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Jumlah masjid di negeri ini sudah sedemikian banyak. Pada setiap desa, sudah ada beberapa masjid dengan berbagai ukuran. Namun demikian, semangat membangun masjid juga tidak pernah berhenti. Masjid yang ada dianggap masih kurang jumlahnya. Itulah gambaran masyarakat tentang penting dan bahkan kecintaannya terhadap masjid.
Anggapan tentang betapa pentingnya masjid ternyata juga dirasakan oleh mendiang Presiden Soeharto. Lewat Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, presiden yang berkuasa lebih dari 30 tahun tersebut bercita-cita mendirikan masjid sejumlah 999 buah di seluruh tanah air. Cita-cita itu ternyata terwujud, hingga sekarang telah terbangun Masjid Amal Bhakti Muslim Pancasila sejumlah tersebut.
Persoalannya adalah, bagaimana memfungsikan tempat ibadah tersebut agar tidak saja digunakan sebagai tempat shalat. Bahkan pada kenyataannya tidak sedikit masjid yang dibangun dalam ukuran besar dan megah, tetapi sekedar untuk shalat saja belum maksimal. Sementara masjid hanya digunakan sebagai tempat shalat jum'at dan hari raya. Sedangkan untuk shalat berjama'ah lima waktu, tampaknya masih terbatas. Dengan mudah kita menyaksikan di banyak masjid. Pada setiap shalat lima waktu, hanya dihadiri oleh beberapa jama'ah. Sehingga seolah-olah kecintaan pada masjid hanya terbatas pada membangunnya dan belum bersemangat memfungsikannya.
Umpama masjid digunakan melebihi sebagai tempat ibadah dan apalagi hanya untuk shalat jum'at dan shalat Ied, tetapi juga digunakan untuk kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi, dan bahkan untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan bersama, maka tempat ibadah itu tidak saja penting untuk menyambung hubungan dengan Tuhan melainkan juga membangun hubungan antara sesama manusia. Dengan demikian, masjid juga akan bisa digunakan sebagai pusat kegiatan untuk mengentaskan kemiskinan,kebodohan dan ketertinggalan.
Masjid atau tempat ibadah sebenarnya adalah merupakan kekuatan untuk menggerakkan para jama'ah dalam mengekpresikan rasa kasih sayang, menghargai satu sama lain, dan saling tolong-menolong di antara sesama. Berjama'ah mestinya diperluas, tidak saja dalam shalat, melainkan dalam kegiatan lainnya, seperti berekonomi, menanggulangi rendahnya mutu pendidikan di antara jama'ah, mendapatkan pekerjaan dan menolong di antara mereka yang memerlukannya. Tatkala telah terbangun jama'ah, maka di antara mereka saling merasa prihatin dan tergerak untuk membantu -------bagi yang mampu, kepada mereka yang perlu dibantu. Kehidupan kaum muslimin adalah kehidupan kebersamaan atau berjama'ah.
Sebagai ilustrasi tentang keindahan shalat berjama'ah adalah, bahwa dalam setiap mengakhiri ibadah itu selalu menoleh ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan salam. Artinya setelah selesai shalat itu, maka kaum muslimin seharusnya memperhatikan orang-orang, baik yang ada di kanan dan juga kirinya, kemudian dilanjutkan dengan menebarkan keselamatan terhadap semua itu. Islam menghargai hak milik masing-masing pribadi. Akan tetapi, pada hak milik atau harta yang dikuasainya itu terdapat hak bagi orang lain, yang harus dibayarkan melalui zakat, infaq, shadaqoh, wakaf maupun hibah.
Untuk pengembangan ekonomi, masjid bisa digunakan, -------tidak saja untuk memberikan pelatihan ketrampilan usaha dan permodalan, melainkan juga sekaligus digunakan untuk membangun jaringan pasar. Selama ini, selalu diyakini bahwa koperasi bisa dijadikan sebagai kekuatan untuk membangun ekonomi kerakyatan. Melalui koperasi maka ekonomi bisa dibangun secara bersama-sama. Laba koperasi tidak akan dinikmati oleh seseorang yang memiliki modal dan usaha besar, melainkan akan dinikmati oleh semua anggotanya. Manakala koperasi ini dikembangkan di setiap masjid, dan anggotanya adalah para jama'ahnya, maka ikatan kebersamaan itu bukan saja yang bersifat ritual, melainkan juga dalam kegiatan berekonomi.
Selain itu, bahwa dalam Islam telah diajarkan agar di antara sesama, saling bekerjasama, saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran, saling bermusyawarah,saling mengenal dan menghargai, maka nilai-nilai luhur itu akan bisa diwujudkan melalui masjid. Akhirnya masjid tidak saja digunakan sebagai tempat kegiatan ritual, melainkan untuk kegiatan yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh wilayah kelehidupan. Sudah barang tentu, pandangan ini akan bisa dijalankan kalau ada kekuatan penggeraknya. Kekuatan penggerak itu adalah para tokoh setempat yang ada di sekitar masjid itu. Persoalannya adalah, bagaimana membangun kesadaran, mempersatukan mereka, dan memulainya. Memang hal itu tidak mudah dilakukan. Akan tetapi apabila ada tekad bersama yang kukuh, maka apapun keadaannya akan berhasil dijalankan. Masjid akhirnya akan menjadi kekuatan pengembangan ekonomi ummat. Wallahu a'lam.
Penulis adalah Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
No comments:
Post a Comment