Jakarta (16/11) - As the state with the largest number of Muslims in the world, Indonesia has potential as a mecca of sharia industry. "The potential is difficult to be inhibited due to its 'market driven' which is supported by two main factors namely population and creativity," says Islamic Economic Observer, Adiwarman A. Karim Economic Outlook 2012 event that was held by the Islamic Economic Journalists (JES) in Jakarta, Wednesday (16/11). (source)
Adiwarman say, at least there are four industries that will refer to Indonesia. First is the Islamic financial industry. While three other economic sectors are Moslem business, food and beverage products labeled kosher, as well as religious-themed mass media.
For the Islamic financial industry, Indonesia entered in four of the world based on Islamic Finance Country Index, published in London after Iran, Malaysia, and Saudi Arabia. "Of the four large, Indonesia is the only country of the world's largest democracy that sharia finance growth-oriented retail sector, micro, and consumers," he said.
For the Muslim fashion industry, Indonesia is supported by two factors: the large number of Muslim population so huge demand, and the creativity of fashion designers and ethnic richness that guarantees the supply of products available.
"The culture of Indonesia's unique 'non gender segregation' and 'non-faith segregation' take the Muslim fashion into fashion," said Adiwarman.
Manufacture of food / beverage kosher also benefited from two factors: population size and the presence of halal certificate from the Indonesian Ulema Council (MUI), so the standard halal Indonesia become a global standard. While the religious content industry also benefited from two factors: population size and diversity of understanding of Islam. This diversity is expanding religious content, ranging from entertainment to propaganda propaganda seriously. (ul)
Indonesia Berpotensi Menjadi Kiblat Industri Syariah
Jakarta (16/11)- Sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia, Indonesia mempunyai potensi sebagai kiblat dari industri syariah. "Potensi ini sulit dihambat karena sifatnya 'market driven' yang didukung oleh dua faktor utama yaitu populasi dan kreativitas," Ujar Pengamat Ekonomi Syariah, Adiwarman A. Karim dalam acara Economic Outlook 2012 yang digelar oleh Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) di Jakarta, Rabu (16/11).
Adiwarman mengatakan,setidaknya ada 4 industri yang akan mengacu pada Indonesia. Pertama adalah industri keuangan syariah. Sedangkan 3 sektor ekonomi lainnya adalah bisnis busana muslim, produk makanan dan minuman berlabel halal, serta media massa bertema religi.
Untuk industri keuangan syariah, Indonesia masuk dalam empat besar dunia berdasarkan Islamic Finance Country Index yang diterbitkan di London setelah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi. "Dari empat besar itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara demokrasi terbesar dunia yang pertumbuhan keuangan syariahnya berorientasi pada sektor ritel, mikro, dan konsumer," ujarnya.
Untuk industri busana muslim, Indonesia ditopang oleh dua faktor yaitu banyaknya jumlah penduduk muslim sehingga permintaan besar, dan kreativitas perancang busana dan kekayaan etnik yang menjamin pasokan produk tersedia.
"Budaya unik Indonesia yang 'non gender segregation' dan 'non faith segregation' membawa busana muslim menjadi fashion," kata Adiwarman.
Industri makanan/minuman halal juga diuntungkan oleh dua faktor yaitu besarnya populasi dan adanya sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), sehingga standar halal Indonesia menjadi standar global. Sedangkan Industri konten religi juga diuntungkan oleh dua faktor yaitu besarnya populasi dan keragaman pemahaman Islam. Keragaman ini memperluas konten religi, mulai dari hiburan dakwah sampai dakwah serius. (ul)
No comments:
Post a Comment