Koko T Rachmadi, Head of Sharia Bank OCBC NISP, explaining the increase, among other assets derived from adding the value of corporate financing to Rp 135 billion at the end of 2011, from positions per semester 2011 about USD 74 billion.
He said the entire financing of the company is currently focused on home financing. Focus on property sector following major credit OCBC Bank NISP is strong in consumer lending, especially mortgages. (source)
"Currently, our financing, all of which are still on the property, has gone up to around Rp 126 trillion, so the target at the end of the year will likely be achieved," he explained.
The focus of this year's corporate financing of housing because it permits only the product launches the company obtained new financing from Bank Indonesia in November 2010. Company take advantage of cooperation with several property developers of network OCBP Bank NISP is already strong.
The portion of Third Party Funds (TPF) the company itself is far above the value of financing that has been achieved because of customer withdrawals have been made since early 2010, since the newly acquired permits the establishment of Sharia Division. Perseran per customer funds in June 2011 reached about USD 200 billion. Until late 2011, the company is targeting customers' funds of around Rp 250 billion to Rp 300 billion.
Some clients' funds are not channeled to finance the shariah unit stationed at OCBC NISP sukuk (Islamic bonds) tenure of 3 years and 5 years, worth about Rp 150 billion. "From the placement of the sukuk, we earn interest (rate) of about 8% -8.5% per year," said Koko.
For customer funds, sharia OCBC NISP has successfully diversified into the majority of placements in wadiah, or some kind of demand deposits and savings in conventional banks, amounting to a total of 70%. The rest are placed on mudaraba, or some kind of deposit, about 30%.
With such management, OCBC Bank NISP sharia unit earned a net profit of about $ 2 billion in the first half of 2011. Until late 2011, it targets the achievement of a net profit of Rp 5 billion-USD 6 billion. Achievement, among others, of financing the realization that more and more.
Regarding regulations requiring BI shariah unit away from the main business (spin off), according to Koko, the company has not planned to do it in 1 year-2 years into the future. He said there were better off when the company was consolidated under the OCBC Bank NISP. For example, companies can put sharia branch offices (KCS) in branches owned by OCBC Bank NISP.
As a diversification of products, the company plans to launch the product ijara (leasing) in the near future. But declined to give details Koko Islamic products to be launched in the near future.
Syariah OCBC NISP Targetkan Aset Rp 500 Miliar
JAKARTA (IFT) - Unit Usaha Syariah PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP)
menargetkan mencapai aset Rp 500 miliar hingga akhir 2011, dibanding per
semester I 2011 yang mencapai lebih dari Rp 400 miliar.
Koko T Rachmadi, Kepala Unit Usaha Syariah Bank OCBC NISP,menjelaskan peningkatan aset tersebut antara lain berasal dari penambahan nilai pembiayaan perseroan menjadi Rp 135 miliar di akhir 2011, dari posisi per semester I 2011 sekitar Rp 74 miliar.
Ia mengatakan seluruh pembiayaan perseroan saat ini difokuskan pada pembiayaan rumah. Fokus pada sektor properti tersebut mengikuti kredit utama Bank OCBC NISP yang memang kuat pada penyaluran kredit konsumsi, khususnya KPR.
"Saat ini, pembiayaan kami, yang seluruhnya masih di properti, sudah naik menjadi sekitar Rp 126 triliun, sehingga target di akhir tahun nanti kemungkinan akan tercapai," jelasnya.
Fokus pembiayaan perseroan tahun ini hanya pada perumahan karena izin peluncuran produk pembiayaan baru didapat perseroan dari Bank Indonesia pada November 2010. Perseroan memanfaatkan kerja sama dengan beberapa pengembang properti dari jaringan Bank OCBP NISP yang sudah kuat.
Porsi Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan sendiri jauh di atas nilai pembiayaan yang sudah dicapai karena penarikan dana nasabah telah dilakukan sejak awal 2010, sejak izin pendirian UUS baru didapat. Dana nasabah perseran per Juni 2011 mencapai sekitar Rp 200 miliar. Hingga akhir 2011, perseroan menargetkan dana nasabah sekitar Rp 250 miliar-Rp 300 miliar.
Sebagian dana nasabah yang tidak disalurkan ke pembiayaan ditempatkan unit syariah Bank OCBC NISP di sukuk (obligasi syariah) bertenor 3 tahun dan 5 tahun, senilai sekitar Rp 150 miliar. "Dari penempatan di sukuk, kami mendapat bunga (rate) sekitar 8%-8,5% per tahun," ungkap Koko.
Untuk dana nasabah, syariah OCBC NISP telah berhasil mendiversifikasi menjadi mayoritas penempatan di wadiah , atau sejenis giro dan tabungan pada bank konvensional, sebesar total 70%. Sisanya ditempatkan pada mudharabah, atau semacam deposito, sekitar 30%.
Dengan pengelolaan tersebut, unit syariah Bank OCBC NISP berhasil meraih laba bersih sekitar Rp 2 miliar pada semester I 2011. Hingga akhir 2011, pihaknya menargetkan pencapaian laba bersih Rp 5 miliar-Rp 6 miliar. Pencapaian antara lain dari realisasi pembiayaan yang semakin banyak.
Mengenai peraturan BI yang mengharuskan unit syariah melepaskan diri dari induk usahanya (spin off), menurut Koko, perseroan belum berencana melakukannya dalam 1 tahun-2 tahun ke depan. Menurutnya, saat ini perusahaan lebih diuntungkan bila masih terkonsolidasi di bawah Bank OCBC NISP. Contohnya, perusahaan dapat menempatkan kantor cabang syariah (KCS) di cabang-cabang yang dimiliki Bank OCBC NISP.
Sebagai diversifikasi produk, perusahaan berencana meluncurkan produk ijarah (leasing) dalam waktu dekat. Namun Koko menolak menyebutkan detil produk syariah yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Source : http://www.indonesiafinancetoday.com/read/13750/Syariah-OCBC-NISP-Targetkan-Aset-Rp-500-Miliar - Sept 3, 2011 - google translate
Koko T Rachmadi, Kepala Unit Usaha Syariah Bank OCBC NISP,menjelaskan peningkatan aset tersebut antara lain berasal dari penambahan nilai pembiayaan perseroan menjadi Rp 135 miliar di akhir 2011, dari posisi per semester I 2011 sekitar Rp 74 miliar.
Ia mengatakan seluruh pembiayaan perseroan saat ini difokuskan pada pembiayaan rumah. Fokus pada sektor properti tersebut mengikuti kredit utama Bank OCBC NISP yang memang kuat pada penyaluran kredit konsumsi, khususnya KPR.
"Saat ini, pembiayaan kami, yang seluruhnya masih di properti, sudah naik menjadi sekitar Rp 126 triliun, sehingga target di akhir tahun nanti kemungkinan akan tercapai," jelasnya.
Fokus pembiayaan perseroan tahun ini hanya pada perumahan karena izin peluncuran produk pembiayaan baru didapat perseroan dari Bank Indonesia pada November 2010. Perseroan memanfaatkan kerja sama dengan beberapa pengembang properti dari jaringan Bank OCBP NISP yang sudah kuat.
Porsi Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan sendiri jauh di atas nilai pembiayaan yang sudah dicapai karena penarikan dana nasabah telah dilakukan sejak awal 2010, sejak izin pendirian UUS baru didapat. Dana nasabah perseran per Juni 2011 mencapai sekitar Rp 200 miliar. Hingga akhir 2011, perseroan menargetkan dana nasabah sekitar Rp 250 miliar-Rp 300 miliar.
Sebagian dana nasabah yang tidak disalurkan ke pembiayaan ditempatkan unit syariah Bank OCBC NISP di sukuk (obligasi syariah) bertenor 3 tahun dan 5 tahun, senilai sekitar Rp 150 miliar. "Dari penempatan di sukuk, kami mendapat bunga (rate) sekitar 8%-8,5% per tahun," ungkap Koko.
Untuk dana nasabah, syariah OCBC NISP telah berhasil mendiversifikasi menjadi mayoritas penempatan di wadiah , atau sejenis giro dan tabungan pada bank konvensional, sebesar total 70%. Sisanya ditempatkan pada mudharabah, atau semacam deposito, sekitar 30%.
Dengan pengelolaan tersebut, unit syariah Bank OCBC NISP berhasil meraih laba bersih sekitar Rp 2 miliar pada semester I 2011. Hingga akhir 2011, pihaknya menargetkan pencapaian laba bersih Rp 5 miliar-Rp 6 miliar. Pencapaian antara lain dari realisasi pembiayaan yang semakin banyak.
Mengenai peraturan BI yang mengharuskan unit syariah melepaskan diri dari induk usahanya (spin off), menurut Koko, perseroan belum berencana melakukannya dalam 1 tahun-2 tahun ke depan. Menurutnya, saat ini perusahaan lebih diuntungkan bila masih terkonsolidasi di bawah Bank OCBC NISP. Contohnya, perusahaan dapat menempatkan kantor cabang syariah (KCS) di cabang-cabang yang dimiliki Bank OCBC NISP.
Sebagai diversifikasi produk, perusahaan berencana meluncurkan produk ijarah (leasing) dalam waktu dekat. Namun Koko menolak menyebutkan detil produk syariah yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
No comments:
Post a Comment