Wednesday, May 09, 2012

INDONESIA - EVENTS - IDB: Islamic Finance Must Focus of Economic Development

www.investor.co.id - BANDUNG - The strengthening of Islamic finance in sustainable economic development should focus on efforts to promote inclusive economic development and not on short-term trade financing.
Thus the assertion of President Islamic Development Bank (IDB) Ahmad Mohammed Ali at the opening of the international Islamic finance seminar in Bandung on Monday. Ali said, inclusivity in the development of Islamic economics and finance, among others in the Islamic banking sector, stock market products, micro-insurance, financial institutions, especially Islamic Zakat and waqaf institutions.
"In the last 10 years have proven the Islamic financial systems of a significant opportunity to open up and improve public access. Though small, Islamic microfinance industry has shown good growth," he said.  (source)



The rapid development of Islamic finance, the continued Ali has made a number of interested international organizations such as the French Development Agency (AFD) and the Consultative Group to Assist the Poor (CGAP) to cooperate with the IDB in developing Islamic microfinance.
"The concept and the alignments of the real sector development has attracted various parties in the world in the socioeconomic development of society," said Ali.
Issues that could hamper the Islamic financial goals in economic development, said Ali was the lack of sufficient liquidity to be channeled Islamic institutions in the market. Therefore, the IDB has been working with the Government of Qatar and Dallah Al Barakah institutions to form a mega Islamic bank that will facilitate large projects and the provision of funding various Islamic financial instruments.
Ali also believes the Islamic financial system will grow rapidly in Indonesia than any other country, backed by Bank Indonesia supervision and regulation is good.
Report of Bank Indonesia Indonesia Islamic banking industry's contribution has reached 4.2 percent of total national banking industry, and has been growing at about 35-40 percent each year.
"I hope that if this trend continues, the Islamic financial system will become an important sector and required in the course of the country's economy. Speed ​​and consistent growth will also give you the option to live in community economic development is stable and equitable," he said.
Previously, Bank Indonesia noted the Islamic banking industry in Indonesia grew 40.2 percent in the last five years in the conventional banking growth over the same period of 16.7 percent.
Deputy Governor of Bank Indonesia Halim Alamsyah delivered with such developments, the contribution of Islamic banking to the national banking industry will increase from 4.1 percent currently to 15-20 percent in the next 10 years.
Until the year 2011, total assets reached Rp 214 trillion sharia, or about 23.8 billion U.S. dollars which comprises 69.5 percent of the assets of Islamic banking and sukuk 18.7 percent.
Currently in Indonesia there are 11 Islamic banks, 24 Islamic banking business units and 155 rural banks with total assets of Islamic sharia banking Rp 152.3 trillion, or about 16.6 billion U.S. dollars.
"We believe Islamic finance will be able to promote higher economic growth and also increase the stability of the financial system," Halim said before hundreds of participants who attended the seminar from various countries. (Tk / ant)

IDB: Keuangan Syariah Harus Fokus Pembangunan Ekonomi
Senin, 7 Mei 2012 | 15:34
Dirut Bank Muamalat Arviyan Arifin (dua dari kiri) bersama jajaran direksi, masing-masing (kiri ke kanan) Adrian A Gunadi, Hendiarto dan Luluk Mahfudah, melayani salah satu nasabah saat perayaan milad dan pergantian logo, di Jakarta, Selasa (1/5).   Foto: Investor Daily/DAVID GITA ROZA Dirut Bank Muamalat Arviyan Arifin (dua dari kiri) bersama jajaran direksi, masing-masing (kiri ke kanan) Adrian A Gunadi, Hendiarto dan Luluk Mahfudah, melayani salah satu nasabah saat perayaan milad dan pergantian logo, di Jakarta, Selasa (1/5). Foto: Investor Daily/DAVID GITA ROZA


BANDUNG - Penguatan keuangan syariah dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan harus fokus pada upaya mendorong pembangunan ekonomi inklusif dan tidak pada pembiayaan perdagangan jangka pendek.

Demikian penegasan Presiden Islamic Development Bank (IDB) Ahmad Mohammed Ali pada pembukaan seminar internasional keuangan syariah di Bandung, Senin. Ali mengatakan, inklusivitas dalam pembangunan ekonomi dan keuangan syariah antara lain di sektor perbankan syariah, produk pasar saham, asuransi mikro, pembiayaan kelembagaan syariah terutama lembaga Zakat dan Waqaf.

"Dalam 10 tahun terakhir sisten keuangan syariah terbukti memiliki peluang yang sangat besar untuk membuka dan meningkatkan akses masyarakat. Meskipun kecil, industri pendanaan mikro syariah telah menunjukkan pertumbuhan yang baik," katanya.

Perkembangan keuangan syariah yang pesat ini, lanjut Ali telah membuat tertarik sejumlah lembaga internasional seperti French Development Agency (AFD) dan Consultative Group to Assist the Poor (CGAP) untuk bekerja sama dengan IDB dalam mengembangkan keuangan mikro syariah.

"Konsep dan keberpihakan terhadap pembangunan sektor riil ini telah menarik berbagai pihak di dunia dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat," kata Ali.

Persoalan yang bisa menghambat tujuan keuangan syariah dalam pembangunan ekonomi, lanjut Ali adalah kurangnya likuiditas yang cukup untuk disalurkan lembaga-lembaga syariah ini di pasar. Oleh karena itu, IDB telah bekerja sama dengan Pemerintah Qatar dan lembaga Dallah Al Barakah untuk membentuk mega Islamic bank yang akan memfasilitasi proyek-proyek besar dan penyediaan berbagai instrumen pendanaan keuangan syariah.

Ali juga meyakini sistem keuangan syariah akan tumbuh cepat di Indonesia dibanding negara lain, yang didukung pengawasan dan peraturan Bank Indonesia yang baik.

Laporan dari Bank Indonesia kontribusi industri perbankan syariah Indonesia telah mencapai 4,2 persen dari total industri perbankan nasional, dan telah tumbuh sekitar 35 - 40 persen setiap tahun.

"Saya berharap jika tren ini terus berlanjut, sistem keuangan syariah akan menjadi sektor yang penting dan dibutuhkan dalam perjalanan perekonomian negara. Kecepatan dan pertumbuhan yang konsisten juga akan memberikan pilihan pada masyarakat untuk menjalani pembangunan ekonominya yang stabil dan berkeadilan," katanya.

Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat industri perbankan syariah di Indonesia tumbuh 40,2 persen dalam lima tahun terakhir di atas pertumbuhan perbankan konvensional pada periode yang sama sebesar 16,7 persen.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah menyampaikan dengan perkembangan seperti itu, kontribusi perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional akan meningkat dari 4,1 persen pada saat ini menjadi 15 - 20 persen pada 10 tahun ke depan.

Hingga tahun 2011, total aset keuangan syariah mencapai Rp 214 triliun atau sekitar 23,8 miliar dolar AS yang terdiri dari 69,5 persen aset perbankan syariah dan sukuk 18,7 persen.

Saat ini di Indonesia terdapat 11 bank syariah, 24 unit usaha perbankan syariah dan 155 BPR syariah dengan total aset perbankan syariah Rp 152,3 triliun atau sekitar 16,6 miliar dolar AS.

"Kami meyakini keuangan syariah akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan juga meningkatkan stabilitas sistem keuangan," kata Halim dihadapan ratusan peserta seminar yang hadir dari berbagai negara. (tk/ant)

No comments:

Post a Comment