Saturday, February 11, 2012

INDONESIA - INDEX - Margin refers to the results from the real sector index

www.bisnis.com - JAKARTA: While not using the system of interest, but Islamic banking has been making the interest rate on conventional industry as a reference for determining the level of yield and margin financing.
This is because the Islamic financial industry has not had a reference in determining the return for financing to individual industrial sectors.
However, the influence of interest in the conventional market for Islamic industry is perceived to be reduced because Bank Indonesia (BI) immediately launched an index rate of return of the real sector in the country. (source)



"This month we will launch the real sector index that can be used by Islamic banks to determine the pricing of financing for certain sectors," said Rifki Ismal, Senior Research Directorate of Islamic Banking BI, today.
He explained that the index would strengthen the Islamic principles of industry, that still affected the level of interest that exist in the conventional market. "If the contract is still referring to sharia conventional interest then he's not 100% sharia," he explained.
Index of the real sector is multi-year project (multiyear) Bank Indonesia assisted by a research consultant since 2010. In this project there are 11 sectors surveyed by the central bank to see the magnitude of the yield of each sector. Sectors studied a.l. agriculture, mining, and energy.
However, further Rifki, this index reference only and can not be imposed on Islamic banks to immediately implement it.
"For the future application of at least three factors of the economy, the willingness of banks as well as the calculation of the components of the financing bank," he explained.
Based on the data while the Bank Indonesia, the interest rate on conventional at the end of November 2011 ranged from 11.59% for investment loans, 12% for working capital and 13.37% for consumption.
Meanwhile, the rate equivalent to the margin and the Islamic banking industry by 9.49% to finance consumption, investment and 14.49% to 15.73% for working capital.
Bambang Widjanarko, Business Director of Islamic Bank Negara Indonesia (BNI Syariah), said conventional bank interest rates are still pretty big influence, because the market share of Islamic financial industry is still relatively small, ie below 4%.
"However, interest rates in the conventional market is only one factor, because the Islamic banks, there are three components in determining the outcome, namely the cost of funds, operating costs and risk premiums," he told Business.
To that end, he added, is used or not is still the benchmark of BI will be recalculated by each bank taking into account three components.
"BI must have a formula in determining the index of each sector, so that hopefully fits can be absorbed. Do not be too burdensome for the bank, "he explained.
He added during this BNI Syariah has researched several business sectors in order to compute the risk premium of each sector. The same has been done by other Islamic banks.
"If the sector is high risk, the higher premiums that result in more expensive tariff. However, if the sector quite well then the premiums may be lower, "he explained. (FAA)

Margin bagi hasil mulai mengacu indeks sektor riil


Large_syariah__16_

JAKARTA: Meskipun tidak menggunakan sistem bunga, tetapi perbankan syariah selama ini menjadikan tingkat bunga di industri konvensional sebagai salah satu acuan untuk menentukan tingkat bagi hasil dan margin pembiayaan.

Hal tersebut disebabkan karena industri keuangan syariah selama ini belum memiliki acuan dalam menetapkan imbalan atas pembiayaan kepada masing-masing sektor industri.

Namun, pengaruh bunga di pasar konvensional terhadap industri syariah dinilai akan berkurang karena Bank Indonesia (BI) segera meluncurkan indeks tingkat imbal hasil sektor riil di Tanah Air.

“Bulan ini kami akan luncurkan indeks sektor riil yang bisa dipakai oleh perbankan syariah untuk menentukan pricing pembiayaan bagi sektor tertentu,” ujar Rifki Ismal, Peneliti Senior Direktorat Perbankan Syariah BI, hari ini.

Dia menjelaskan indeks tersebut akan memperkuat prinsip syariah dari industri, yang selama ini masih terpengaruh tingkat bunga yang ada di pasar konvensional.  “Kalau kontrak syariah masih mengacu pada bunga konvensional maka dia belum 100% syariah,” jelasnya.

Indeks sektor riil merupakan proyek tahun jamak (multiyears) Bank Indonesia dibantu oleh sebuah konsultan riset sejak 2010. Dalam proyek ini ada 11 sektor usaha yang diteliti oleh bank sentral untuk melihat besaran imbal hasil dari masing-masing sektor. Sektor yang diteliti a.l. agrikultur, pertambangan, dan energi.

Meski demikian, lanjut Rifki, indeks ini hanya acuan dan tidak dapat dipaksakan kepada bank syariah untuk segera menerapkannya.

“Untuk penerapan ke depan paling tidak ada tiga faktor yakni kondisi ekonomi, kemauan dari bank serta kalkulasi dari bank terhadap komponen dari pembiayaan,” jelasnya.

Berdasarkan data sementara Bank Indonesia, tingkat bunga di konvensional pada akhir November 2011 berkisar antara 11,59% untuk kredit investasi, 12% untuk modal kerja dan 13,37% untuk konsumsi.

Sementara itu, tingkat margin dan ekuivalen bagi hasil industri perbankan syariah sebesar 9,49% untuk pembiayaan konsumsi, 14,49% untuk investasi dan 15,73% untuk modal kerja.

Bambang Widjanarko, Direktur Bisnis Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah), mengatakan tingkat bunga bank konvensional masih berpengaruh cukup besar, karena pangsa pasar industri keuangan syariah yang relatif masih kecil, yakni di bawah 4%.

“Namun, suku bunga di pasar konvensional hanya salah satu faktor, karena bagi bank syariah ada tiga komponen dalam menentukan bagi hasil, yakni biaya dana, biaya operasional dan premi risiko,” ujarnya kepada Bisnis.

Untuk itu, lanjutnya, digunakan atau tidaknya indeks acuan dari BI masih akan dihitung kembali oleh masing-masing bank dengan memperhitungkan tiga komponen tersebut.

“BI tentunya memiliki formula dalam menentukan indeks masing-masing sektor, mudah-mudahan cocok sehingga bisa diserap. Jangan sampai terlalu memberatkan bagi bank,” jelasnya.

Dia menambahkan selama ini BNI Syariah juga telah meneliti beberapa sektor usaha guna menghitungkan premi risiko masing-masing sektor. Hal serupa juga telah dilakukan oleh bank syariah lainnya.

“Kalau sektor itu berisiko tinggi, maka premi lebih tinggi yang mengakibatkan tarifnya lebih mahal. Namun, kalau sektor itu tergolong lancar maka preminya bisa lebih rendah,” jelasnya. (faa)

Source: http://www.bisnis.com/articles/ekonomi-syariah-margin-bagi-hasil-mulai-mengacu-indeks-sektor-riil  - Feb 6, 2012 - google translate

No comments:

Post a Comment